Selasa, 29 November 2011

Cara pengelolaan makanan bagi bayi



Bunda, kebutuhan gizi si kecil setelah lewat masa pemberian ASI eksklusif adalah diperlukannya makanan pendamping atau tambahan selain ASI. Disamping itu untuk melatih pencernaannya dengan makanan padat. Tidak perlu berpikir keras untuk memikirkan makanan apa yang seharusnya diberikan pada si kecil, makanan yang tersedia untuk orang dewasa pun bisa ia santap, hanya cara penyajiannya yang berbeda.

APEL
Buah ini mengandung karbohidrat dan vitamin A.
Berikut cara pengolahan sesuai usia si kecil.

Usia 6-12 bulan : apel dilumatkan setelah lebih dulu dikukus, yang bisa juga digunakan untuk campuran bubur buah.
Usia 1-2 tahun : dikupas dan di potong kecil-kecil untuk melatih giginya menggigit.
Usia 2-3 tahun : dapat diberikan secara langsung setelah dicuci bersih dan dipotong- potong.

ALPUKAT
Buah ini dinobatkan sebagai buah paling bernutrisi dengan kandungannya yang kaya lemak serta vitamin C. Jangan lupa pilih alpukat yang sudah tua, dagingnya lembut dan tebal.
Berikut cara pengolahannya

Usia 6-9 bulan : dilumatkan sebagai campuran bubur buah pir.
Usia 8-12 bulan : dilumatkan sebagai campuran bubur beras atau buah.
Usia 1 tahun ke atas : Bisa diberikan sebagai jus atau makanan selingan.

JERUK
Si oranye yang segar ini mengandung banyak vitamin C.
Berikut cara pengolahannya untuk si kecil.

Usia 6 bulan ke atas : Jeruk diperas dan airnya digunakan sebagai campuran bubur buah.
Usia 1 tahun ke atas : Bunda dapat mengeluarkan biji jeruk lalu berikan buahnya pada si kecil untuk dihisap airnya.
BAYAM
Ingin anak anda sekuat popeye? Walau hal itu fiksi belaka, namun bayam sendiri memang bermanfaat karena kandungannya yang kaya kalsium, zat besi dan vitamin A.
Berikut cara pengolahannya.

Usia 6-9 bulan : diolah menjadi bubur saring, setelah di tim, campuran nasi tim dilumatkan dan disaring.
Usia 9-12 bulan : disajikan setelah ditim.
Usia 1-2 tahun : sajikan dalam bentuk sayur bening.
Usia 2 tahun ke atas : diberikan lauk dalam bentuk tumis yang bisa ditambah sedikit bumbu garam atau bawang putih.
Perhatian : Kandungan gizi dan zat besi pada bayam akan rusak jika dipanaskan, atau setelah dimasak lebih dari 6 jam, maka masak untuk sekali penyajian saja dan segera dimakan.

BROKOLI
Sayuran keriting hijau ini kaya akan vitamin A yang berfungsi sebagai antioksidan. Batita anda juga bisa mendapat manfaatnya sesuai usianya.

Usia 7-12 bulan : Brokoli dikukus kemudian dilumatkan, lalu digunakan sebagai campuran bubur bayi.
Usia 1 tahun ke atas : Brokoli dikukus dan disajikan sebagai finger food.

DAGING SAPI
Daging sapi adalah sumber protein dan zat besi. Tidak perlu bingung mengenai cara penyajiannya untuk si kecil.

Usia 9-12 bulan : daging dicincang sebagai campuran bubur.
Usia 1 tahun ke atas : Daging dicincang dibuat campuran perkedel atau semur.

HATI AYAM
Hati ayam mengandung vitamin A yang baik juga untuk pertambahan haemoglobin dalam darah.

Usia 7-12 bulan : ditim dan diberikan sebagai campuran bubur saring.
Usia 1 tahun ke atas : dipotong kecil-kecil dan dibuat semur.
Perhatian : Vitamin A tidak larut dalam air, sebaiknya tidak memberi batita anda sering-sering pangan ini karena akan berakibat penumpukan vitamin A pada hati. Berikan 2-3 kali seminggu saja.

IKAN KAKAP
Protein dan Omega 3 bisa didapat dari mengonsumsi ikan. Berikut cara pengolahannya agar si kecil ikut ’kecipratan’ gizinya.

Usia 6-9 bulan : diberikan sebagai campuran bubur saring.
Usia 9-2 bulan : disuir sebagai campuran bubur padat.
Usia 1 tahun ke atas : Dikukus sebagai lauk atau digoreng tepung menjadi fish nugget.

IKAN TERI
Ikan yang bertubuh sangat minim ini ternyata kaya akan kalsium. Bagaimana memberikannya buat si kecil?

Usia 12-18 bulan : diberikan sebagai campuran dalam nasi tim.
Usia 18 bulan ke atas : Digoreng atau dibuat sebagai perkedel sebagai lauk nasi.

Bayi setelah lahir sebaiknya diberikan ASI, namun seiring dengan tumbuh kembangdiperlukan makanan pendamping ASI.
Tabel 2. Definisi Pemberian Makanan Bayi
Pemberian ASI Eksklusif
(Exclusive breastfeeding)
Bayi hanya diberikan ASI tanpa makananatau minuman lain termasuk air putih, kecuali obat, vitamin dan mineral dan ASI yang diperas.
Pemberian ASI Predominan
(Predominant breastfeeding)
Selain mendapat ASI, bayi juga diberi sedikit air minum, atau minuman cair lain, misal air teh.
(Full breastfeeding)
Bayi mendapat salah satu ASI eksklusif atau ASI predominan.
Pemberian Susu Botol
(Bottle feeding)
Cara pemberian makan bayi dengan susu apa saja, termasuk juga ASI diperas denganbotol.
Pemberian ASI Parsial
(Artificial feeding)
Sebagian menyusui dan sebagian lagi susu buatan/ formula atau sereal atau makananlain.
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) tepat waktu (Timely complementary feeding)
Memberikan bayi makanan lain disamping ASI ketika waktunya tepat yaitu mulai 6 bulan.
Tabel 3. Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi
Mulai menyusui
Dalam waktu 30-60 menit setelahmelahirkan.
Menyusui eksklusif
Umur 0-6 bulan pertama.
Mulai diberikan pada umur antara 4-6 bulan(umur yang tepat bervariasi, atau bila menunjukkan kesiapan neurologis dan neuromuskuler).
Berikan MPASI
Pada semua bayi yang telah berumur lebih dari 6 bulan.
Teruskan pemberian ASI
Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih.
Tabel 4. Jadwal Pemberian Makanan pada Bayi
Umur
Macam makanan
Pemberian selama 24 jam
1-2 minggu
3 mg s/d 3 bulan
3 bulan
4-5 bulan
7-12 bulan
ASI atau
Formula adaptasi
ASI atau
Formula adaptasi
ASI atau
Formula adaptasi
Jus buah
ASI atau
Formula adaptasi
Bubur susu
Jus buah
ASI atau
Formula adaptasi
Bubur susu
Jus buah
ASI atau
Formula adaptasi
Bubur susu
Nasi tim
Jus buah
Sesuka bayi
6-7 kali 90 ml
Sesuka bayi
6 kali 100-150 ml
Sesuka bayi
5 kali 180 ml
1-2 kali 50-75 ml
Sesuka bayi
4 kali 180 ml
1 x 40-50 g bubuk
1 kali 50-100 ml
Sesuka bayi
3 kali 180-200 ml
2 x 40-50 g bubuk
1 kali 50-100 ml
Sesuka bayi
2 kali 200-250 ml
2x 40- 50 g bubuk
1 x 40-50 g bubuk
1-2 kali 50-100 ml
Sumber: Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, 2000

Prinsip gizi bagi balita

Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dantumbuh kembangbayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayiharus mendapat makanan tambahan/ pendamping ASI. Banyaknya ASI yang dihasilkan ibu tergantung dari status gizi ibu, makanan tambahan sewaktu hamilmenyusuistress mental dan sebagainya. Dianjurkan untuk memberi 100-110 Kkal energi tiap kgBB/ hari. Oleh karena itu, susu bayi mengandung kurang lebih 67 Kkal tiap 100 cc. Maka bayi diberikan 150-160 cc susu tiap kgBB. Tetapi tidak semua bayi memerlukan jumlah energi tersebut.

Gizi seimbang bagi balita

 Untuk itu diperlukan asupan gizi yang seimbang, yaitu makanan beraneka ragam dan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Timbulnya masalah gizi yang berupa kekurangan gizi dan kelebihan gizi karena tidak seimbangnya asupan zat gizi dengan kebutuhan tubuh. Akibat gizi lebih pada usia di atas 40 tahun dapat berupa berbagai penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, darah tinggi, diabetes mellitus tipe II, katarak, osteoporosis. Untuk keseimbangan asupan zat gizi, masyarakat perlu diberi pedoman yang sederhana dan mudah dimengerti yang seyogyanya bukan berupa daftar angka kecukupan zat gizi, melainkan berupa susunan hidangan serta jenis bahan makanan yang disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat. Pedoman yang mudah dimengerti masyarakat ini sudah dirintis oleh Prof. Poorwo Soedarmo pada tahun 1950-an dengan slogan "4 Sehat - 5 Sempurna" yang telah banyak dikenal masyarakat sampai saat ini. Menyadari perkembangan ilmu gizi mutakhir serta masalah gizi ganda yang ada di masyarakat pada tahun 1995, Departemen Kesehatan telah menyusun Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). PUGS terdiri atas 13 pesan dasar meliputi:
 1. Makanlah aneka ragam makanan;
 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi;
 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi;
 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi;
 5. Gunakan garam beryodium;
 6. Makanlah makanan sumber zat besi;
 7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 4 bulan;
 8. Biasakan makan pagi;
 9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya;
 10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur;
 11. Hindari minum minuman beralkohol;
 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan;
 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

 Ketigabelas pesan tersebut sudah didasarkan pada kajian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Masing-masing pesan sudah disertai penjabaran singkat yang saat ini sedang direvisi dengan memperhatikan perkembangan ilmu gizi mutakhir. Komposisi sumber energi dianjurkan 65-75% dari karbohidrat, 20-30% dari lemak dan 10-15% dari protein.  Susunan hidangan ini sudah mempertimbangkan kebutuhan gizi, Kartu Menuju Sehat (KMS) dapat digunakan untuk memantau tumbuh kembang anak balita. KMS juga tersedia untuk anak sekolah, ibu hamil sampai lansia. Untuk remaja dan dewasa dapat menggunakan Indeks Massa Tubuh, yakni berat badan dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan. Nilai normal IMT antara 18 sampai 25, nilai 26-30 dikategorikan gemuk dan di atas 30 dikategorikan kegemukan (obesitas). Gizi hanya sebagian dari kebutuhan dalam gaya hidup, di samping hidup teratur, cukup tidur, cukup olahraga, pikiran selalu aktif dan tidak merokok.
 Jika seseorang ingin mencapai derajat kesehatan optimal melalui konsumsi gizinya, ikutilah petunjuk PUGS. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 
  • Setiap hari makanlah makanan yang beraneka ragam karena zat gizi yang dikandungnya saling melengkapi. Dari keanekaragaman ini diharapkan terpenuhi kebutuhan akan energi, protein, vitamin dan mineral. Aneka ragam makanan dalam menu sehari-hari dapat digunakan untuk menilai suatu diet (perencanaan makanan) yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya, diet harimau (Atkin's diet) yang sangat rendah karbohidrat dan tinggi protein, dan food combining, yang menggunakan kombinasi makanan yang dianggap serasi dan tidak serasi, sebenarnya tidak sesuai dengan prinsip makan makanan yang beraneka ragam. Demikian juga membanjirnya fast food dari negara industri maju umumnya tidak selaras dengan menu seimbang. Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa esktrak dari fast food mempunyai kecenderungan meningkatkan agregasi sel platelet dibandingkan dengan ekstrak makanan tradisional.
  • Lemak. Susunan asam lemak mendapat perhatian khusus akhir-akhir ini, antara lain perbandingan antara asam lemak jenuh, PUFA dan MUFA sekitar 1 : 1 : 1. Karena konsumsi lemak di Indonesia umumnya rendah, dianjurkan konsumsi energi dari lemak tidak melebihi 25% energi total. Sumber asam lemak jenuh, misalnya, minyak kelapa dan makanan hewani. Sumber PUFA, misalnya, kedelai; sumber MUFA, minyak kelapa sawit dan kacang tanah. Minyak kelapa, selain sumber asam lemak jenuh, juga banyak mengandung MCT (sekitar 50%). Bagi anak balita di bawah usia 2 tahun serta lansia, mungkin perlu asupan asam lemak omega-3 rantai panjang yang sumber utamanya ikan laut. Konsumsi beraneka ragam sumber lemak tersebut diharapkan dapat menghasilkan asupan asam lemak yang seimbang.
  • Makanan hewani, termasuk susu, selain proteinnya bermutu tinggi, merupakan sumber vitamin dan mineral yang mudah diserap. Karena makanan hewani rasanya enak, maka pembatas konsumsinya ialah daya beli.
  • Serat. Konsumsi serat di Indonesia tergolong masih rendah, sedangkan yang dianjurkan sekitar 25-35 g per hari. Ini dapat dicapai dengan mengonsumsi sekitar 500 g sayuran dan 250 g buah per hari. Karena kebiasaan kita mengonsumsi sayur 2 kali sehari, maka sekali mengonsumsi sayur sebaiknya sekitar 250 g. Negara industri maju, seperti Amerika Serikat, masyarakatnya mengonsumsi sayuran sampai 6 kali sehari.
  • Menurut pendapat seorang pakar gizi terkenal, tidak ada satu negara-pun yang dapat membendung perubahan/transisi perilaku konsumsi makanan di masyarakat. Dampak perubahan (transisi) konsumsi zat gizi terhadap kesehatan, terutama penyakit degeneratif. Peningkatan konsumsi MUFA, antioksidan, serat, buah dan sayur menguntungkan dari segi kesehatan. Peningkatan konsumsi energi, lemak, garam dan asam lemak trans merugikan kesehatan.
  • Minum teh (4-6 cangkir per hari), minum minuman cokelat (cocoa beverage), minum jahe, misalnya, dapat membantu tubuh memperoleh antioksidan yang dapat mencegah timbulnya penyakit degeneratif antara lain kanker dan penyakit jantung. Makanan tradisional banyak menggunakan bumbu-bumbu, seperti bawang merah, bawang putih, cabe, jahe, dan merupakan sumber antioksidan non-gizi yang baik untuk kesehatan.


Rabu, 11 Mei 2011

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)


I.          Persiapan
a.       Untuk Ibu:
-          2 doek steril
-          2 pasang sarung tangan
-          ½ kocher
-          Gunting episiotomi
-          2 klem tali pusat
-          1 gunting tali pusat
-          Pengikat tali pusat
-          Kassa steril
-          Deppres
-          1 kom kapas savlon (air DTT)
-          Betadine dan tempatnya
-          Tensi meter
-          Funanduscope
-          Thermometer
-          2 bengkok
-          1 kendil
-          1 penghisap lendir
-          Gelas ukur
-          Tempat sampah
-          Larutan klorin 0,5 %
-          Obat-obatan : uterotonika, infus set + cairan RL, vit.K, salep mata, lidocain 1 %
-          1 spuit 5 cc dan 2 spuit 2,5 mL
-          Catheter
-          Heating set
-          Benang catgut 2,0
-          Jarit dan baju ibu
-          Pembalut + celana dalam

b.      Untuk bayi:
-          1 penghisap lendir
-          2 selimut/ handuk kering
-          Box bayi
-          Lampu penghangat
-          Oksigen

c.       Persiapan pasien:
-          Menjelaskan bahwa proses persalinan akan mulai
-          Pengaturan posisi meneran
-          Meneran setiap ada his dan relaksasi
-          Lingkungan: ruang khusus yang tertutup

  II.          Pelaksanaan
1.      Mengenali gejala dan tanda kala II
-          Ibu meneran adanya dorongan kuat dan meneran
-          Ibu merasakan tekanan yang semakin kuat pada rektum dan vagina
-          Perineum tampak menonjol
-          Vulva dan sfingter ani terbuka
Menyiapkan pertolongan persalinan
2.      Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
-          Untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia ± tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
-          Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
-          Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3.      Pakai celemek plastik
4.      Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisu atau handuk yang bersih dan kering
5.      Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6.      Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril) pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik
Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7.      Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan air DTT
-          Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari depan ke belakang
-          Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
-          Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi) lepaskan dan rendam dalam larutan klorib 0,5 %  -> langkah 9
8.      Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
-          Bila selaput ketuban pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi
9.      Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepas dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepas
10.  Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/ menit)
-          Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
-          Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
11.  Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya,
-          Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoaman penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan temuan yang ada
-          Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12.  Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13.  Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
-          Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
-          Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
-          Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
-          Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
-          Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
-          Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
-          Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
-          Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14.  Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
15.  Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16.  Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17.  Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18.  Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
Lahirnya Kepala
19.  Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
20.  Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
-          Jika tali pusat melilit leher longgar; lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
-          Jika tali pusat melilit secara kuat, klem tali pusat di kedua tempat dan potong di antara kedua klem tersebut
21.  Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi secara spontan
Lahirnya Bahu
22.  Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23.  Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah atas perineum ibu untuk menyangga kepal, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
24.  Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki, pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari yang lain)
Penanganan bayi baru lahir
25.  Lakukan penilaian (sepintas):
a.       Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b.      Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26.  Keringkan tubuh bayi
-          Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh yang lain kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.  Ganti handuk basah dengan handuk/ kain yang kering. Biarkna bayi di atas perut ibu
27.  Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28.  Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29.  Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30.  Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31.  Pemotongan dan pengikatan tali pusat
-          Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut
-          Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
-          Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32.  Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
-          Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/ perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara kedua payudara ibu
33.  Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
34.  Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35.  Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain untuk memegang tali pusat
36.  Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri) jika plasenta tidak lahir 30-40 detik hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas
-          Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
Mengeluarkan plasenta
37.  Lakukan penegangan dan dorong dorsal-kranial hingga plasenta terlepas minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti jalan lahir (tetap lakukan tekana  dorso-kranial)
-          Jika tali pusat bertambah panjang. Pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
-          Jika plasenta tidak terlepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1.      Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
2.      Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3.      Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4.      Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5.      Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual
38.  Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan
-          Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (masase) uterus
39.  Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masage uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masage dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
-          Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
Menilai perdarahan
40.  Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
41.  Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan
Melakukan prosedur pasca persalinan
42.  Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43.  Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
-          Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
-          Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44.  Setelah 1 jam lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intamuskulas di paha kiri anterolateral
45.  Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral
-          Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
-          Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu

   III.     Evaluasi
46.  Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
-          2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
-          Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
-          Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
-          Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47.  Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masage uterus dan menilai kontraksi
48.  Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49.  Memeriksa nadi ibu dan keadaan kantung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
-          Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan
-          Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50.  Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali permenit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Kebersihan dan keamanan
51.  Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52.  Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53.  Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa-sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54.  Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makan yang diinginkan
55.  Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %
56.  Celupkan sarung tangan kotor dalam larutan klorin 0,5 % balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
57.  Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58.  Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) periksa tanda vital dan asuhan kala IV